6.08.2013

Sambat

Jadi, kemarin malam saya merasa diremas-remas otaknya. Bingung mau mengerjakan yang mana dulu, lalu tiba-tiba dapat pesan singkat yang menggelitiki otak yang sudah diremas. Otak saya jadi tertawa karena tersiksa.

Lalu saya lihat layar laptop dan mendapati sebuah fasilitas chat berlogo kotak hijau yang akhir-akhir ini sering iklan di tv. Teringatlah saya pada seorang teman yang bisa dijadikan tempat berkeluh kesah. Akhirnya, saya putuskan untuk memulai sebuah ritual 'sambat' yang dalam bahasa indonesia berarti mengeluh.  Bagi saya tidak baik sering-sering dilakukan, membuat hidup makin sulit saja. Namun, ya sudahlah sekali-kali dilakukan juga tidak apa-apa.

Inti dari kalimat pertama saya adalah, "saya pusing, tolong saya" ditambah dengan stiker guling-guling. Sayangnya, sampai tengah malam, saat otak sudah mulai santai teman saya itu tidak membalas juga. Ah, saya batal 'sambat' saja deh.

Tadi siang, ternyata teman saya membalas. "kamu kenapa?" dengan begitu terbukalah lagi kesempatan untuk berkeluh kesah. Mumpung ada kesempatan, saya segera bercerita kalau tugas takehome saya banyak, ada beberapa acara yang harus diurus dan lainnya. Saya sudah bercerita dengan semangat mengeluh yang tinggi seolah-olah saya ini lebih pusing dari SBY yang mengurus negara. Lalu ia, yang kebetulan adalah seorang mahasiswa jurusan sebelah bilang, "tugas takehome-ku juga banyak, ada 5 dari 8." Dari segi jumlah, ia tentu saja punya lebih banyak dari saya apalagi satu mata kuliah saya sudah bebas UAS. Namun, saya masih saja berkeras kalau saya ini orang paling sibuk dan pusing se-alam raya dan berkata, "Tapi ada tugas proposal, minimal 20 halaman," saya seolah tak mau kalah pusing. Ia membalas dengan rincian macam tugas dan minimal halaman yang harus ia tulis untuk setiap tugas yang ia miliki, lebih menyakitkan dari yang saya punya apalagi ada tugas makalah berbahasa inggris. Seketika saya hanya bisa terdiam dan membalas, "iya aku harus bersyukur, alhamdulillah." dan saya merasa gagal berkeluh kesah, saya gagal menjadi manusia yang tegar dan luar biasa. 

Saya jadi menyesal coba-coba 'sambat' yang tadinya saya bilang 'tidak apa sekali-kali'. Mengeluh kok coba-coba. Tapi setidaknya saya sadar, bahwa apapun pasti bisa diselesaikan kalau tidak mengeluh karena sebenarnya ada banyak sekali yang mungkin lebih susah hidupnya dari kita. Memang terdengar klise, tapi kalau belum membuktikan sendiri saya mungkin masih bebal dan tidak mau bersyukur. Namanya juga kenyataan, tidak bisa lah dipungkiri apalagi cuma disumpahi. 

Untuk mereka yang diserang takehome, tugas, dan pekerjaan lainnya, saya hanya bisa bilang, semangat ya! Ini adalah kata 'semangat ya!' yang sungguh-sungguh kok, bukan basa-basi. 

No comments:

Post a Comment

Search This Blog