10.12.2013

Kuil Untuk Butet

Hai Butet kupikir aku perlu menjelaskan dimana letak kuilmu. Kuil yang kau tunggu itu, Kuil yang kami janjikan itu. 

Senyatanya aku juga masih belum tahu dimanakah dasar dari kuil untuk dewa sehebat dirimu ini seharusnya dibangun. Di dalam atau di luar bumi aku pun tak tahu.

Jawabannya basi, klise, dan nyebahi. Di hatimu. 

Iya di hatimu. Di otakmu. Kuilnya ada di antara hati dan otakmu. Di tempat yang bisa kau susun sendiri semestamu. Materialnya pakai imajinasimu itu. Yaudah gitu aja, hehehehe. Salam manis untukmu selalu dari yang senyumnya manis sekali menemani mimpi-mimpi indahmu :)

Proses

"yang penting itu prosesnya, hasilnya anggep aja bonus"

Sejak SMA kalimat-kalimat yang karakter utamanya bernama 'proses' itu sering sekali terdengar. Yang jelas waktu itu saya masih sambil lalu saja memahaminya. Saya pikir "ah, tetep aja nyari bonusan dari hasilnya kan." Namun, bertahun kemudian ketika saya sudah diproses dengan berbagai bakteri kehidupan pemahaman saya mulai berfermentasi.

Kemarin Sabtu (11/10) saya beruntung bisa mendapatkan tiket nonton Epic Java di societet. Tiket yang sold out dalam 15 menit itu. Ekspektasi awal saya hanya sampai pada film berisi pemandangan indah Pulau Jawa dan memang benar. Tapi, bagi saya pemandangan indah itu tak lagi  menjadi 'hanya'.

Beberapa hari sebelumnya saya sedang berada dalam produksi sebuah TVC. Meski otak dan tubuh rasanya seperti digilas-gilas pakai penggilas cucian, saya tidak pernah berhenti bersyukur atas penyiksaan itu. Tak perlulah saya sebutkan apa yang menggilas-gilas saya, yang jelas semua hal itu kemudian menjadikan saya kacang hijau yang siap menjadi isi bakpia enak. Itu berarti saya masih perlu melewati proses dimasukan dalam adonan kulit bakpia, dibuat bulat-bulat, disusun di loyang, menunggu oven panas, dipanggang, diangkat, didinginkan, disusun dalam kotak, menunggu dingin, kotaknya ditutup, menunggu pembeli, dan seterusnya.

Kembali kepada 'hanya' yang kemudian hilang di Epic Java ketika saya menontonnya. Proses pengambilan gambar Epic java dengan proses yang beberapa hari lalu saya lalui hampir sama. Bedanya proses yang baru saja saya lalui hanya 10%-nya dan mereka melewati yang lebih lelah, rumit, dan lama. Sepanjang film saya hanya bisa menganga pada ombak yang bergulung, pada gerombolan burung yang mengelilingi batu karang, pada bintang yang berkelip, pada kendaraan yang berlalu cepat, pada awan-awan yang bergerak, dan pada segala yang biasanya kita lihat dengan mata telanjang. Kalau saya tidak digilas dalam proses beberapa hari sebelumnya mungkin saya tidak akan menganga selebar itu. Proses yang saya lalui kemudian membuat film itu menjadi lebih indah dan tentu saja proses yang mereka lalui itu membuat filmnya menjadi lebih indah berkali lipat. Saya kemudian tahu mengapa behind the scene film itu diputar lebih dulu.

Galih Mulya Nugraha, Scriptwriter Epic Java berkata, "Kami menjadikan penonton sebagai tokoh utama dalam film ini, jadi jalan ceritanya ditentukan oleh penonton sendiri." Jadi, gini mas Galih, habis saya nonton filmnya saya jadi makin sadar kalo proses itu segalanya, hasil itu pasti ikut maksimal kalau prosesnya maksimal :))

Maksud saya, proses yang terbaik itu yang dilakukan dengan ikhlas lho. Kalau cuma mentingin proses yang susah dan bilang, "eh ini bikinnya susah lho, jadi ya terima aja hasilnya, yang penting bikinnya udah susah," itu namanya menyerah, parah, bikin gerah.

Ya sudah baiklah, yang jelas saya bersyukur berkali-kali atas minggu-minggu yang membuat saya dapat banyak ilmu meski saya sampai tersengal-sengal dan sempal. Saya masih perlu banyak langkah untuk menjadi bakpia enak. Selamat berproses meski keringat menetes-netes :)) Jangan sampe stres, hasilnya pasti nyessss.

Maaf ya tulisannya jelek, kalau cucian, saya ini masih harus digantung di jemuran setelah beberapa hari lalu digilas-gilas seperti cucian kotor. Terima kasih atas gilasan berharganya, semua yang telah berproses bersama saya pada segala hal selama ini ya! Semoga tulisan saya membaik hihihi

10.07.2013

Ngeplak

Aku lagi pengen ngeplak orang. Kalau ditulis di twitter nanti orang-orangnya paham kalo mereka keplakable. Jadinya males deh. Kan nggak baik untuk kesehatan pertemanan, tapi ya gimana -_- aku pikir mereka nggak baca blog ini juga. cuma orang keren yang baca blog ini, kalau kamu baca blog ini berarti aku nggak pengen ngeplak kamu. Yaudah gitu aja.

Search This Blog