1.15.2019

Ya Sudah, Nggak Apa-Apa

"Ya sudah, nggak apa-apa," adalah kalimat yang selalu saya katakan pada diri sendiri sepanjang tahun 2018. Banyak yang luput dari target, salah rencana, bahkan gagal terlaksana. Setelah dua tahun alfa menulis review tahunan, ada baiknya saya kembali, menemukan diri saya sekali lagi.

Tidak ada harapan apa-apa saat memulai tahun 2018. Ya pokoknya begini, lihat saja apa yang akan terjadi. Saya tidak berharap apa-apa pada pekerjaan pun pada diri sendiri. Saya hanya ingin melihat, sebenarnya apa sih yang sedang saya hadapi sekarang? Saya ingin membuktikan, bahwa ini jalan yang ternyata tidak saya inginkan. Jika sebaliknya, berarti itu adalah fakta baru.

Tidak ada yang terjadi di tahun 2018. Bekerja sambil bertanya setiap pagi, "kapan ini berakhir?" Hingga akhirnya ada jalan untuk mengakhiri semua. Pun akhirnya gagal, karena ada jalan lain yang nampak lebih indah. Saya sudah bersiap untuk kejutan apapun di tahun ini. Saya tidak kaget jika tahun ini saya kecewa luar biasa pun tidak terlalu bersemangat jika ada kabar baik menghampiri. Semuanya biasa-biasa saja karena tahun itu saya sungguh tidak tahu mau menuju apa.

Sudah cukup seperti orang yang tidak punya tujuan hidup bukan?

Ya setidaknya ada momen-momen baik di tahun 2018. Sayang, semuanya bukan milik saya. Di tahun itu, saya adalah penonton setia yang berbahagia. Bahagia melihat teman-teman kantor akhirnya pergi satu per satu ke tempat yang lebih menjanjikan. Bahagia melihat Bisma berhasil membuka kembali roastery-nya dan melihat ia hidup kembali dengan semangatnya. Bahagia melihat teman-teman yang menang pitching. Bahagia melihat Tita akhirnya menikah.

Saya tidak melangkah lebih jauh di tahun 2018. Saya terdiam, terpaku melihat hiruk pikuk manusia lainnya. Saya memandang dari kejauhan mereka yang memanggil-manggil, menawarkan rute baru. Saya hanya terdiam, tidak ingin melangkah. Bisa jadi, ada binatang buas sepanjang perjalanan. Bisa jadi, saya salah perjalanan. Sesungguhnya saya tidak tahu harus mengarah ke mana. Semua ada di kepala, tapi kenyataan terlalu membingungkan. Di tahun ini, ternyata saya dipeluk ketakutan, digandeng keraguan hingga saya memilih diam saja.

Di tahun ini, saya belajar satu hal. Ada banyak orang pembohong. Saya belajar, marah dan menentukan sikap adalah salah satu cara jadi dewasa. Tidak ada yang bisa dipercaya kecuali diri sendiri karena semua orang ingin keuntungannya sendiri. Di 2018, saya marah luar biasa pada diri sendiri, keadaan, pilihan-pilihan yang saya ambil, dan nasib buruk. Memang itu tidak mengubah apapun, tapi setidaknya saya tahu saya marah. Saya boleh marah untuk melindungi diri sendiri.

Dari 2018 saya punya satu bekal berharga untuk memulai 2019. Ikhlas. Semua yang saya pilih di tahun lalu, baik dan buruknya harus diterima dengan ikhlas. Bara-bara kemarahan saya dari tahun itu pun masih menyala, mengingatkan saya untuk melangkah lebih sigap mengambil apa yang terlewatkan.


Search This Blog