3.19.2013

Kamu Ingat Nggak?

Jalanan Jakarta terlihat seperti biasa, seperti yang orang-orang katakan, seperti yang media massa ributkan, seperti yang teman-teman saya keluhkan, seperti itu, seperti sore itu, macet. Jam pulang kantor katanya, lahan parkir raksasa di tengah kota akibatnya.

Berpose layaknya pemain film yang sedang merenung, saya memandang ke luar kaca mobil. Akhirnya saya lihat lagi kota ini, saya pandangi lagi berulang-ulang. Yang membuat senang saat berada di Jakarta adalah kota ini dapat membuat saya berpikir, entah tentang apa saja. Apabila tidak sedang diserang rutinitas menjemukan yang berada di kota ini, kota ini adalah ladang inspirasi dari berbagai hal. Baiklah, mungkin saya tidak akan mengatakan apapun yang berhubungan dengan inspirasi-inspirasi beterbangan yang ada di kota ini.

"Kamu masih inget Teh Gita, nggak?" tiba-tiba eyang bertanya saat saya sedang berkonsentrasi memikirkan banyak hal melampaui kaca mobil. "ya, masih inget, emang kenapa?" Teh Gita adalah kakak dari teman masa kecil yang dulu tinggal satu blok dengan saya. "besok minggu depan mau nikah lho.." dan kini semakin banyak kata menikah, dilamar, pacaran, calon mantu, atau apapun termasuk jodoh yang berseliweran dalam hidup saya. Memang, jarak umur Teh Gita dengan saya cukup jauh, setidaknya ia memenuhi persyaratan jarak antar anak jika mengikuti program KB dengan adiknya yang notabene adalah teman sepermainan saya.  Namun, dari dulu hingga saat terakhir ini, bagi saya Teh Gita masih seorang anak lebih besar yang duduk di kelas 6SD, belum saatnnya menikah. Nyatanya, dia sudah menikah sekarang. Nyatanya, saya kini sudah melampaui kelas 6SD.

"Sekarang kuliah di mana sih?" setidaknya itu adalah pertanyaan saya yang berulang untuk teman-teman masa kecil sekomplek saya. Yang saya ingat, saya dulu balapan sepeda dengan mereka supaya dapat bintang tambahan di tempat les sempoa karena datang lebih awal hingga menabrak pagar. Yang saya ingat dulu mereka bertanya "mau sepedaan kemana?". Yang saya ingat, adalah petualangan mencari telur ular di got. Yang saya ingat, saya meledakkan biji yang entah apa itu di dalam air. Yang saya ingat, saya memusuhi teman saya karena dia teralu lemah lembut dan tidak pernah menggigit orang lain. Yang saya ingat, saya marah karena anak tetangga meniup pianika saya dengan mulut penuh nasi. Yang saya ingat, saya dititipkan di rumah tetangga sambil disuapi kolak karena saya tidak mau makan. Yang saya ingat, saya menyelamatkan sekeluarga kucing dan membuat klub penyelamat kucing yang keren. Yang saya ingat, saya ingin sekali punya game barbie di komputer saya yang hanya punya game main kelereng. Yang saya ingat, tidak banyak.

Sekarang, mereka sudah hilang entah kemana. Teman-teman satu blok saya sudah pindah ke blok-blok lain, mengasingkan diri dari kehidupan sosial seperti layaknya anak-anak dulu. Ada juga yang kini sudah kuliah di luar negeri, ada lagi anak bayi yang kini sudah mau masuk SMP.

Di setiap sudut rumah dan komplek saya masih sering bertanya pada diri sendiri, "masih ingat nggak?" ketika saya melewati rumah-rumah yang berganti penghuni, ketika saya melihat satpam yang tak pernah ganti pekerjaan, ketika saya melihat beberapa anak disuapi sambil bermain di taman komplek, ketika saya bingung karena sudah ada rumah-rumah baru di atas jalur balap karung dulu, ketika saya menunggu penjual makanan lewat dan saya sudah tak mengenali suaranya.

Kemudian saya ingat bahwa kini saya sudah berada di masa saya harus mengingat-ingat banyak hal. Masa di mana saya punya banyak pertanyaan "kamu ingat nggak?"

1 comment:

  1. Kamu ingat enggak??? hehehe, kalimat yang bagus untuk memulai sebuah percakapan :)

    ReplyDelete

Search This Blog