Tak ada yang lebih mudah dari berwacana. Wacana untuk membuat ini dan itu. Wacana untuk pergi ke sana dan ke mari. Teman-teman saya sering sekali berkata, "Jadi nggak nih? jangan cuma wacana loh..," pada setiap rencana tidak-tidak yang kami gulirkan.
Baru saja saya membuka draft di blog ini. Beberapa tulisan yang mungkin brilian, mungkin biasa saja, atau mungkin memuaskan diri sendiri ketika diposting hanya tersimpan sia-sia sebagai wacana. Wacana yang tidak dapat saya lanjutkan kata-katanya. Saya sudah luput dari ide-ide yang saya kaitkan pada tulisan-tulisan itu.
Ada begitu rupa wacana yang pernah terungkap dari mulut saya, tertanam dalam benak saya, dan terselip di pikiran saya. Kebohongan pada diri sendiri adalah hal terbesar yang saya rasakan ketika meninggalkan wacana-wacana itu di ujung waktu yang tak akan kembali. Wacana-wacana yang tertumpuk wacana-wacana baru.
Malam ini, saya merasa diingatkan kembali oleh orang-orang terdekat saya. Mencatat, adalah hal yang sudah sejak lama saya sadari sebagai hal yang penting. Mencatat hal detil di sekeliling adalah salah satu cara untuk menuntun kepada inspirasi. Ide sekecil apapun juga perlu dicatat, saya pernah menyadari itu. "Soalnya ide itu nggak bisa muncul sebagus ide pertama," kata Ardy baru saja. Kesadaran saya seolah terhambur keluar, saya ingat saya pernah menyadari hal demikian. Namun, saya sering sekali luput melakukannya. Tita juga berkata hal serupa.
Mencatat. Hal yang perlu saya mulai lagi hari ini. "Jangan pokil buat yang satu ini..," pesan Tita. Saya memang merasa perlu menuliskan hal-hal yang terjadi di dalam hidup saya, bagi saya kenangan akan hilang bila tidak ditulis. Sayangnya, saya lupa bahwa yang belum terjadi sangat perlu ditulis supaya kenyataan segera merekamnya.
No comments:
Post a Comment