Liburan saya sebentar lagi berakhir. Berakhir bersamaan dengan semakin menumpuknya rencana-rencana yang gagal. Rencana-rencana yang turun tingkatan menjadi wacana. Dalam hal ini wacana sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang paling sesuai adalah; pertukaran ide secara verbal. Jadi, rencana-rencana itu hanya terjadi dalam sebuah percakapan.
Wacana-wacana terakhir menyadarkan saya mengapa pacar itu dibutuhkan. Setidaknya saya menemukan sebuah alasan logis kenapa seseorang membutuhkan seorang kekasih. Dalam kasus ini, membuat janji dengan satu orang lebih mudah dibanding harus memaksakan untuk pergi bersama lebih dari satu orang. Ketika pergi berdua adalah sebuah keanehan maka wacana-wacana itu memiliki presentase kegagalan yang semakin tinggi. Alasan ini pula yang terkadang membuat saya memilih pergi sendirian tanpa mengajak siapapun jika sedang malas kecewa.
"besok bisa nih, yuk"
"ajak siapa aja?"
"bla bla bla"
setengah jam kemudian.......
"bla nggak bisa nih"
"oh yaudah sama bla bla aja"
"eh taunya bla nggak bisa jam segitu"
"duh aku bisanya jam segitu"
"ya ampun, bla nggak jelas nih.."
"hmmm.. yaudah berangkat aja, biar bla nyusul"
"yaudah deh nggak jadi aja ya.. pada nggak bisa"
die! x| you need a boyfriend or a girlfriend. Or a bestfriend that is okay to go without anyone but you.
Sesuai dengan pengalaman, untuk mengumpulkan sedikitnya lima orang untuk berlibur (yang memiliki kegiatan berbeda dan berkuliah di tempat yang berbeda-beda) dibutuhkan kurang lebih 2 minggu untuk menentukan tanggal, tempat, dan rencana perjalanan. Sungguh, merencanakan perjalanan lebih melelahkan dari perjalanan itu sendiri. Butuh berkali-kali bertemu, berjam-jam berdiskusi di dunia maya, berentetan mention jamaah, berkali-kali konfirmasi, berkali-kali meyakinkan bahwa keinginan semua orang terpenuhi, dan berkali-kali lainnya. Belum lagi orang-orang yang membatalkan di detik terakhir.
Baiklah, penjelasan tadi mungkin terasa berlebihan, tapi memang begitu adanya kan? Ketika semua orang hanya berkata, "aku terima jadi aja deh," maka itu berarti "aku terima batal aja deh." Maka selain membaca bismillah, berkatalah "jangan cuma wacana, harus jadi ini" kadang membantu untuk mewujudkan sebuah rencana.
Kali ini liburan saya sudah berada di titik penghabisan. Semakin banyak tanggal yang tidak bisa saya luangkan untuk rencana-rencana tersebut. Maka, bagi para pewacana itu, saya hanya bisa mengusulkan sebuah destinasi menarik. Atlantis.
Atlantis, sebuah benua yang bahkan lokasinya masih menjadi perdebatan. Maka, atlantis adalah tempat yang sangat pas untuk para pewacana. Selamanya mereka bisa terus berwacana untuk pergi ke atlantis yang tidak akan pernah terlaksana hingga keberadaan Atlantis benar-benar ditemukan.
ciye Sri butuh kekasih biar tak sekedar berwacana wkwk :D
ReplyDelete