Banyak hal-hal kecil yang dapat menjadi alasan untuk tetap tinggal di jogja. Banyak pula hal-hal kecil yang membuat kota ini menjadi cukup menjengkelkan.
Yang tinggal di jogja seumur hidupnya pasti mafhum dengan keadaan ini. Paham dengan begitu sempitnya kota ini. Kota ini sempit? ya, percaya atau tidak meskipun secara geografis Jogja tiga kali lebih besar dari Jakarta, Jogja memiliki lingkaran yang cukup sempit secara sosial. Tinggal di Jogja itu semacam tinggal di desa kecil yang bisa saja rahasiamu tersebar dengan bebas walaupun kamu sudah menyimpannya di sudut paling tersembunyi di kota ini.
Wajah-wajah yang sama atau wajah - wajah yang kayanya-pernah-dilihat hampir selalu ditemukan ketika mengunjungi tempat umum. Hal ini tentu saja berlaku untuk warga Jogja khususnya yang tinggal di Jogja dari TK sampe lulus kuliah. Setiap pergi ke mall, pasti ada paling tidak satu orang yang dikenal, paling tidak tau itu siapa, atau paling tidak pernah bertemu dan menghafal wajahnya, hampir pasti selalu terjadi.
Jelas sajalah, ada berapa mall yang ada di kota ini? Ambarukmo Plaza, Galeria, dan Malioboro Mall. Hanya ada tiga bangunan yang dapat disebut mall di kota ini. Ketika ada orang yang ingin pergi ke mall mereka hanya punya tiga pilihan dan bayangkan saja ada berapa orang yang kau kenal, ketahui,atau pernah-liat yang ingin pergi ke mall dalam sehari. Mereka hanya terbagi dalam tiga kelompok. Ada satu dari tiga peluang untuk menemui teman-teman lain yang ingin pergi ke mall.
Apalagi yang membuat Jogja terasa begitu sempit? Bioskop! Kota yang super kece ini hanya punya dua bioskop, Empire XXI di Jalan Solo dan 21 di Ambarukmo Plaza. Dapat dipastikan kalau pergi ke bioskop paling tidak ada satu orang yang dikenal atau paling nggak orang yang dapat menimbulkan perkataan semacam, "eh itu kan yang itu? nonton sama siapa tuh? loh bukannya..." atau "tuh tuh, tambah ganteng eh, udah lama nggak liat" sangat mengejutkan bukan kota ini? Kejadian macam itu semakin terasa kalau lagi ada film yang lagi booming, semua orang ingin nonton dan tempatnya ya hanya dua itu, mau apa lagi?
Kemarin waktu jaman-jamannya ospek, kalau pergi ke toko merah, kemungkinan akan ada orang yang dikenal. Yang jelas, beli barang sejenis. Kalaupun beda, itu warnanya. Lagi-lagi, yang jual alat tulis, kertas, dll yang paling lengkap sejogja raya itu ya cuma Toko Merah. Jogja itu pokoknya nggak serakah deh, punya satu-satu aja udah seneng. semangat kebersamaan banget yah.... dan akan menjadi kota yang bikin kesal sambil bilang Lu-Lagi-Lu-Lagi atau istilah yang jogja banget "ealah, kowe meneh." percaya atau nggak saya sering bilang kaya gitu, atau kadang-kadang "loh kamu? ngapain di sini?"
Oh ya, setiap ada tempat baru yang terkenal, beda, dan yang jelas orang Jogja sama sekali nggak pernah liat atau pengen banget liat di situlah manusia-manusia jogja akan berkumpul dalam satu periode tertentu. Misalnya saja waktu J.Co pertama kali buka, ya ampun, antrenya mungkin menyamai antrean di pom bensin menjelang kenaikan BBM. Ketika Hoka-Hoka Bento membuka gerai pertamanya di Jogja, juga tak kalah hebohnya warga Jogja ini. Kekuatan mulut orang jogja memang patut diacungi jempol. Bayangkan saja ketika Kalimilk -tempat minum susu paling kece se-Jogja- baru saja buka, Kalimilk seolah-olah menjadi primadona hanya karena promosi dari mulut ke mulut serta dari akun twitter satu ke akun twitter lainnya. Kalau boleh dibilang sih orang Jogja itu "nggumunan", dalam bahasa indonesia artinya mudah kagum. Tentu saja hal ini dipastikan dapat membuat orang yang itu-itu saja di tempat-tempat yang sedang ngetop begitu.
Menelusuri identitas orang di Jogja sangatlah mudah. Tanya saja namanya siapa, sekolah dimana, kuliah dimana, atau kerja dimana. Dua hal itu sangat membantu dalam pencarian identitas beserta kisah-kisah masa lalu orang tersebut. Mudah saja, pasti ada teman yang sekolah atau kuliah di tempat yang sama. Tanyakan saja, "eh,tau si ini nggak? itu kan sesekolah sama kamu.. itu lohh yang rambutnya keriting pake kacamata, cantik tapi" dan seketika akan didaptkan jawaban yang cukup memuaskan hati seperti , "oh iya aku sekelas tuh" atau "aku nggak kenal sih, tau aja, temenku kenal tapi, sahabatan malah". Hal-hal macam ini sangat jamak terjadi di Jogja. Semua orang punya lingkaran yang saling tumpang tindih. Maka ungkapan semacam, "loh kamu kenal dia? dimana?" sangat sering didengar setiap menemui orang baru khususnya yang sama-sama sudah lama menetap di Jogja. Jadi, jangan heran kalau ternyata anda terkoneksi dengan lelaki tampan atau perempuan cantik tidak dikenal yang sedang duduk di sebelahmu, siapa tau itu tetangganya tetanggamu, atau cucu dari pakdenya suaminya tantemu.