Kami turun di shelter Transjogja yang ada di Malioboro. Rencana awalnya mau ganti jalur sampai shelter Kota Gede,tapi tiba-tiba tercetus ide naik andong dari Malioboro sampai Kotagede. -Buat yang belum tau, andong adalah istilah yang dipakai di Jogja buat menyebut dokar atau kereta kuda.- Naiklah kami ke atas andong setelah deal dengan harga 40.000 rupiah dari Malioboro sampai Kotagede. Perjalanan naik Andong dari Malioboro memakan waktu sekitar tiga puluh menit.
Sampailah kami di pabrik cokelat Monggo setelah melewati jalan-jalan di Jogja dan melihat si kuda pipis di perempatan yang membuat para pengendara motor mengangkat kakinya karena mengalir kemana-mana.
Pabrik Cokelat Monggo letaknya ada di belakang pasar Kotagede di depan Makam Raja-Raja Mataram. Bangunannya adalah bangunan yang masih bernuansa kolonial dan tidak terlalu besar, tapi halamannya cukup luas. Di sini kita bisa melihat proses pembuatannya dan membeli cokelat dengan harga diskon.
Buat yang belum pernah liat cokelat Monggo,jadi, kalau di Garut ada cokelat isi dodol,di Jogja ada Cokelat Monggo ini. Rasanya ada macam-macam,yang paling unik cokelat pedas dan rasa jahe, kalau favorit saya sih yang cokelat isi mangga :) Cokelat Monggo ini didirikan oleh seorang berkebangsaan Belgia yang merasa prihatin dengan kurangnya kualitas coklat yang ada salah satu negara penghasil coklat ini.
Selesai mengunjungi pabrik cokelat, kami mengunjungi situs Watu Gilang yang terletak sangat dekat dengan Coklat Monggo. Watu Gilang ini adalah petilasan Sri Sultan Hamengku Bhuwono I yang berupa batu berbentuk kotak,dahulu kala biasa digunakan untuk tempat raja bersemedi. Di bagian pinggir batu ini terdapat cekungan yang ternyata konon ceritanya adalah bekas kepala Ki Ageng Mangir yang dibenturkan raja karena ia adalah menantu sang raja sekaligus pemberontak.
Ternyata di daerah sekitar Pabrik Cokelat ini sepi angkutan umum seperti becak dan andong jadi disarankan kalau tidak naik kendaraan pribadi lebih baik meminta supir,kusir,atau tukang becaknya menunggu ya.
Sendratari Ramayana
Malamnya kami menonton Sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Malam itu kami memilih jadwal pertunjukan yang memainkan lakon 'Anoman Obong'.Lakon yang ini cukup istimewa karena nggak setiap pementasan ada bagian Hanoman membakar hutan dan benar-benar ada jerami yang dibakar disaat pertunjukan.
Lakon ini mengisahkan tentang Shinta yang diculik Rahwana karena menganggap Shinta adalah titisan Dewi Widowati yang dicintainya, Shinta berhasil dibebaskan oleh Hanoman, tetapi Rama menyangsikan kesucian Shinta setelah diculik oleh Rahwana, Shinta membuktikan keuciannya dengan membakar diri, namun dirinya tidak terbakar karena dia masih suci dan Rama pun akhirnya mau menerimanya kembali.
Sendratari ini benar-benar tanpa dialog jadi ceritanya benar-benar dipresentasikan dari gerakan-gerkan para pemainnya.Lakon yang paling populer sih ya lakon 'Anoman Obong' ini dan nggak setiap hari ada 'Anoman Obong' jadi, harus benar-benar memperhatikan jadwalnya kalau mau nonton lakon tertentu. Harga tiket masuknya bervariasi dari yang menonton langsung di depan atau dari tribun bagian samping, kalau kemarin saya menonton di dekat VIP yang benar-benar lurus di depan pertunjukannya, harga tiketnya 100.000 rupiah dan nampaknya masih bisa lebih murah kalau menggunakan paket pelajar. Pertunjukan dimulai jam 19.30, jangan sampai terlambat ya :)
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti #TravelAsyik dari
http://anakasyik.com berhadiah jalan-jalan bareng @TrinityTraveler.
Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.